AS dan Jepang mengejar diplomasi komersial untuk melawan China, kata utusan untuk Tokyo

TOKYO (Reuters) – Keripik, baterai, dan energi adalah bidang kolaborasi utama antara Amerika Serikat dan Jepang ketika sekutu berusaha mengamankan rantai pasokan dan melawan China, kata utusan Washington untuk Tokyo.

Mantan walikota Chicago Rahm Emanuel telah berfokus pada “diplomasi komersial” sejak tiba sebagai duta besar AS tahun ini, mendorong ikatan bisnis di bidang-bidang yang memiliki signifikansi lebih luas untuk keamanan ekonomi.

Satu perusahaan AS sekarang melihat “investasi potensial besar” terkait dengan chip di Jepang, dalam apa yang akan menandai kolaborasi terbaru antara negara-negara pada semikonduktor, Mr Emanuel mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

Dia menolak untuk menjelaskan atau memberikan garis waktu.

“Diplomasi komersial adalah bagian besar dari kolaborasi ekonomi menyeluruh dan koordinasi antara Amerika Serikat dan Jepang,” kata Emanuel, Senin (1 Agustus).

Kedua negara sepakat Jumat lalu untuk mendirikan pusat penelitian bersama baru untuk semikonduktor generasi mendatang.

Jepang mengatakan akan menyediakan sebanyak 92,9 miliar yen (S $ 967 juta) untuk membantu perusahaan AS Western Digital Corp dan mitra Kioxia Holdings meningkatkan output chip memori di pabrik Jepang.

Sementara itu, pemasok Tesla Panasonic Holdings Corp bulan lalu memilih Kansas sebagai lokasi pabrik baterai baru.

Kesepakatan itu datang bersamaan, kata Emanuel, setelah Presiden AS Joe Biden berbicara dengan eksekutif Panasonic saat berada di Jepang.

Kerja sama itu terjadi ketika China telah menggunakan kekuatan ekonominya untuk menekan negara-negara lain, kata Emanuel.

“Ada pola di sini: jika mereka tidak menyukai apa yang Anda katakan secara politis, mereka menempatkan otot pada Anda secara ekonomi,” katanya, mengutip pengalaman Jepang lebih dari satu dekade lalu ketika Beijing membatasi kuota ekspor tanah jarang setelah sengketa teritorial.

Dalam pernyataan bersama pada hari Jumat, para menteri dari Amerika Serikat dan Jepang mengatakan mereka menentang “pemaksaan ekonomi”, meskipun mereka tidak menyebutkan nama negara tertentu.

Namun, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan selama konferensi pers bahwa “praktik ekonomi koersif dan pembalasan Republik Rakyat Tiongkok memaksa negara-negara ke dalam pilihan yang membahayakan keamanan mereka, kekayaan intelektual mereka, kemandirian ekonomi mereka.”

China telah berulang kali mengatakan tidak pernah menggunakan paksaan ekonomi terhadap negara mana pun dan dengan tegas menentang semua bentuk paksaan, secara politik dan diplomatik. Ia menuduh Washington terlibat dalam pemaksaan ekonomi atas nama keamanan nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *