New York (ANTARA) – Harga minyak turun lagi pada Selasa (2 Agustus) karena investor menyerap prospek suram untuk permintaan bahan bakar, dengan data menunjukkan penurunan manufaktur global tepat ketika produsen minyak mentah utama bertemu minggu ini untuk menentukan apakah akan meningkatkan pasokan.
Minyak mentah berjangka Brent turun 77 sen, atau 0,8 persen, menjadi $ 99,26 per barel pada pukul 12:21 siang waktu Singapura, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate turun 67 sen, atau 0,7 persen, menjadi $ 93,22 per barel.
Penurunan terjadi setelah Brent berjangka merosot pada hari Senin ke sesi rendah $ 99,09 per barel, terendah sejak 15 Juli. Patokan minyak mentah AS turun ke level $ 92,42 per barel, terlemah sejak 14 Juli.
“Harga minyak mentah jatuh setelah banyak data aktivitas pabrik menunjukkan dunia sedang menuju kontraksi ekonomi global raksasa, dan pada ekspektasi untuk lebih banyak produksi minyak setelah musim pendapatan yang sangat baik untuk perusahaan minyak,” kata analis pasar senior Oanda Edward Moya dalam sebuah catatan.
Kekhawatiran resesi meningkat pada hari Senin karena survei dari Amerika Serikat, Eropa dan Asia menunjukkan bahwa pabrik-pabrik berjuang untuk momentum pada bulan Juli. Permintaan global yang lesu dan pembatasan ketat Covid-19 China memperlambat produksi.
Penurunan harga juga terjadi karena pelaku pasar menunggu hasil pertemuan pada hari Rabu antara Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC +, untuk memutuskan produksi September.
Dua dari delapan sumber OPEC+ dalam survei Reuters mengatakan bahwa kenaikan moderat untuk September akan dibahas pada pertemuan 3 Agustus. Sisanya mengatakan output kemungkinan akan tetap stabil.
Seorang reporter berita Fox Business mengatakan Arab Saudi akan mendorong OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak pada pertemuan tersebut.
“Momentum kenaikan harga minyak secara bertahap memudar … Begitu situasi penawaran dan permintaan menunjukkan tanda-tanda penurunan lebih lanjut, minyak kemungkinan akan memimpin penurunan di antara komoditas,” kata analis dari Haitong Futures.
Sementara itu, Amerika Serikat pada hari Senin memberlakukan sanksi terhadap perusahaan China dan lainnya yang katanya membantu menjual puluhan juta dolar dalam produk minyak dan petrokimia Iran ke Asia Timur, karena berusaha untuk meningkatkan tekanan pada Teheran untuk mengekang program nuklirnya.
Juga melemparkan awan di atas pasar adalah kemungkinan kunjungan ke Taiwan oleh Ketua DPR AS Nancy Pelosi, meskipun ada peringatan Beijing terhadapnya. Kunjungan itu akan menandai pertama kalinya seorang pejabat tinggi AS berada di pulau itu dalam 25 tahun, yang dapat meningkatkan ketegangan antara AS dan China.